TOBA-SAMOSIR (Tobasa) sebagai kabupaten merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara terbentuk dan diresmikan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tahun 2002. Wilayah Tobasa bergunung dan berbukit, mengitari lembah dan menjulur ke Danau Toba.
Toba Samosir merupakan gabungan dua kata, Danau Toba dan Pulau Samosir setelah memisahkan diri dari kabupaten induk, Tapanuli Utara berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 1988. Menurut geografisnya, kabupaten ini berada pada 2.06 – 2.435 Lintang Utara dan 98.35 Bujur Timur.
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Siumalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu, sedangkan di sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi.
Kabupaten Tobasa memiliki luas, 3.440.85 kilometer persegi dan luas perairan Danau Toba, 1.102.60 kilometer persegi terletak pada ketinggian 300 – 1.500 meter di atas permukaan laut dengan topografi dan postur tanah yang beraneka ragam, camping ground dan lokasi pemancingan dengan panorama yang sangat indah.
Dolok Tolong gunung yang terletak di sebelah selatan Balige. Pada puncak gunung tersebut dibangun stasiun transmisi televisi dan menara telekomunikasi. Tarabunga adalah desa yang berada di lereng Dolok Tolong, terletak di tepian Danau Toba. Sementara dari ibukota kabupaten, hanya berjarak 2 kilometer
Pemandangan alam yang indah Danau Toba bisa dilihat dari kawasan Hutagurgur di pinggir ruas jalan antara Balige – Siborong-borong. Balige sendiri sebagai ibukota kabupaten, letaknya juga tidak jauh dari tepian Danau Toba dan berada pada dataran tinggi, Bukit Barisan.
Sebagai ibukota kabupaten, Balige dikelilingi beberapa obyek wisata yang menarik, antaranya menyuguhkan pasar tradisional dan Museum Balige yang letaknya berdekatan dengan tugu salah seorang Pahlawan Revolusi, Jenderal D.I Panjaitan
PARTIGA-TIGA (Pedagang) di pasar-pasar tradisional Tobasa didominasi kaum hawa. Pada umumnya mereka berjualan hasil bumi, antaranya beras, umbi-umbian. sayur-sayuran, cabai, bawang, buah-buahan dan lain-lain.
Sektor pariwisata menjadi andalan Tobasa, dimungkinkan keberadaan Danau Toba yang senantiasa indah dilihat dari segala sudut. Apakah pagi, siang hari ataukah senja, bahkan pada malam hari apabila disinari cahaya bulan. Tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata, baik lokal, Nusantara mau pun mancanegara di desa-desa di tepi Dabau Toba, selain Balige, yakni Porsea, Lumbanjulu dan Laguboti.
Selain desa-desa yang menyajikan lokasi wisata, para pengunjung juga ingin menikmati kehidupan flora dan fauna, kehidupan sehari-hari penduduk asli dengan upacara agama dan adat budaya yang unik yang didukung musik tradisional khas Batak serta peninggalan-peninggalan sejarah menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari keberadan Danau Toba.
Begitu pun, sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian warga Toba-Samosir dari lahan pertanian yang mereka olah, mampu berswasembada dan bahkan surplus beras. Bahan pangan lain yang dihasilkan, jagung, kacang tanah, sayur-sayuran, antaranya cabai, bawang, buncis, kentang serta tanaman buah yang cukup potensial, yakni alpokat, durian, pisang, jeruk dan nenas.
Sungai Asahan, menjadi satu-satunya pintu ke luar air Danau Toba, menuju ke Selat Malaka, Sungai Asahan sebagai penerima air Danau Toba di Kecamatan Porsea pada suatu teluk di ujung tenggara dengan lingkupan dua semenanjung, yakni Tanjung Sibolangit yang biasa disebut juga dengan Tanjung Uluan di sebelah utara dan Tanjung Balige di sebelah selatan.
Arus air Sungai Asahan yang mengalir menuju Selat Malaka melahirkan air terjun Sigura-gura dan air terjun Tangga terkadang disebut juga sebagai air terjun Sampuran Siharimau yang membangkitkan arus. Sehingga membuat Sungai Asahan menjadi salah satu sumber tenaga hydrolis yang tidak saja besar, tetapi juga sangat ekonomis.
sumber : antara-sumut.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar