Kepulauan ini pernah dihempas Tsunami beberapa tahun lalu. Dampaknya masih terasa hingga saat ini, bahkan rekonstruksi wilayah yang diterjang tsunamipun belum lagi rampung. Tapi fenomena bahwa wilayah ini memiliki ombak yang indah dan sering dijadikan ajang selancar tingkat internasional tentu tak perlu diragukan. Meski pengelolaan sektor wisata di wilayah ini belumlah maksimal.da untuk berselancar Bercerita tentang Nias, nyaris tidak lepas dari tradisi hombo batu. Atraksi lompat batu khas daerah ini pernah menghiasi lembaran uang seribu rupiah. Selain itu, Sorake, salah satu pantai di Nias sangat akrab di telinga penggemar olah raga selancar.
Teluk Dalam adalah ibu kota Kabupaten Nias Selatan, untuk sampai ke sana membutuhkan usaha ekstra. Transportasi ke daerah ini masih tergolong sulit. Dibutuhkan waktu berjam-jam, bahkan bisa menghabiskan waktu satu hari, untuk bisa sampai di kabupaten baru ini.
Nias Selatan terdiri dari 104 gugusan pulau besar dan kecil. Letak pulau- pulau itu memanjang sejajar Pulau Sumatera. Pulau-pulau tersebut memiliki panjang sekitar 60 kilometer dan lebar 40 kilometer. Terdapat empat pulau besar, yakni Pulau Tanah Bala (39,67 km2) Pulau Tanah Masa (32,16 km2), Pulau Tello (18 km2), dan Pulau Pini (24,36 km2). Tidak seluruh pulau berpenghuni, karena masyarakatnya tersebar di 21 pulau dalam delapan kecamatan.
Komunikasi menggunakan telepon dari dan ke kabupaten ini juga terbatas. Telepon terbilang barang mewah. Sambungan telepon sebanyak 369 hanya terpusat di Teluk Dalam engan memanfaatkan sambungan dari Gunungsitoli. Tidak ada sinyal telepon genggam di kabupaten ini. Waspada, bila listrik padam, warung telekomunikasi bisa tidak berfungsi.
Keterbatasan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi juga menjadi kendala di daerah ini. Dari 212 desa, sekitar 60 persen tidak terjangkau kendaraan roda empat, bahkan roda dua sekalipun. Jalan yang menghubungkan Teluk Dalam dengan seluruh ibu kota kecamatan sekitar 80 persen rusak parah, banyak jembatan dalam kondisi rusak. Perlu keahlian khusus mengendarai kendaraan di antara papan penopang jembatan. Informasi ini diharapkan tidak menciutkan naluri petualang anda.
Sebagai daerah kepulauan, masyarakat bergantung kapal laut, namun tidak setiap hari ada pelayaran. Iklim wilayah ini dipengaruhi Samudra Hindia. Jika ombak tenang, kapal yang menghubungkan Teluk Dalam dengan Pulau Tello, bisa berlayar 2-3 kali seminggu. Biasanya sekitar bulan September sampai November frekuensi pelayaran sekali seminggu, bahkan sering tidak ada pelayaran sama sekali, karena di bulan-bulan tersebut curah hujan sangat tinggi, dibarengi badai besar. Pada bulan Agustus, kadang badai sudah mulai datang, sebab cuaca di wilayah ini bisa berubah secara mendadak.
Perubahan cuaca yang drastis sering mengubah jadwal penerbangan dari lapangan terbang perintis di Pulau Tello. Bukan hal aneh bila penerbangan terpaksa dibatalkan karena kondisi cuaca yang buruk.
Potensi wisata wilayah ini terletak pada jalur yang disebut Segitiga Emas Industri Pariwisata Nias Selatan, yakni Kecamatan Lolowa’u, Gomo dan Pulau-pulau Batu. Porosnya adalah Omo Hada, di mana terdapat rumah tradisional di Desa Bawomataluo, Kecamatan Teluk Dalam.
Berada di Desa Bawomataluo seakan anda terlempar ke masa silam. Deretan rumah tradisional terbuat dari kayu dengan arsitektur khas Nias ini dihuni sebagai mana layaknya kompleks perumahan. Ukiran batu megalitik menghias di beberapa tempat. Di perkampungan itu anda bisa menyaksikan tradisi hombo batu atau lompat batu.
Di Kecamatan Pulau-pulau Batu terdapat lokasi menyelam, terumbu karang, serta ikan- ikan hias dan pantai berpasir putih. Sisa peninggalan zaman megalitik berupa batu-batu megalit di Kecamatan Lahusa dan Gomo. Andalan wisata lainnya adalah Pantai Lagundri yang berpasir putih serta Pantai Sorake yang ombaknya menjadi sarana olahraga selancar.
Meski beberapa kali diadakan lomba berselancar tingkat internasional di Pantai Sorake, lokasi ini tidak tertata rapi. Sepanjang pantai Lagundri dan Pantai Sorake terdapat penginapan murah meriah dengan sewa penginapan sekitar Rp 20.000 per malam.
Untuk mempermudah akses ke wilayah ini, sedang diupayakan membangun lapangan terbang. Salah satu dari tiga wilayah yaitu Kecamatan Teluk Dalam, Lahusa, dan Amandraya menjadi pilihan pembangunan bandar udara yang membutuhkan lahan seluas 200 hektar tersebut.
Nias memang baru tertimpa bencana tsunami, tapi pembangunan kembali untuk memperbaiki wilayah yang porak poranda ini tetap dijalankan. Wilayah ini tengah berbenah. Ombak pantainya tak berkurang keindahannya, tetap bergulung memikat dan mengundang nyali anda.
Sumber : Perempuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar